Minggu, 18 Mei 2008

selamat buat ketua baru 2008

selamat buat ketua baru

setelah terpilih, sejuta beban ada dipundak anda. jangan anda kira semua itu tidak ada pertanggung jawabannya. setan-setan akan mulai mengganggu anda.

ada setan kayu laut
ada setan wanita
ada setan sok malaikat

macam-macam lah

maka nya anda harus membela teman-teman anda kaum mahaiswa yang selalu ditindas dan dijadikan sapi perah yang selalu dihisap susunya oleh para antek2 setan.

anda akan tidak mendapat apa2, tetapi hanya dibohongi. antisipasilah
jangan terlena.
jangan dungu
apalagi kalau yang menokohi itu orang dungu


coba perhatikan setan-setan itu
mereka dungu kan....

Minggu, 11 Mei 2008

bertanya matahari

Bertanya Matahari,
by ikhvan fuady


Ketika matahri bertanya, untuk apa terus ku sinari bumi yang isinya hanya orang-orang congkak, sombong, dan tak pernah berterima kasih………?
Padahal sinarkulah yang memberi sumber energi kepada mereka, cahayakulah yang menerangi mereka dan menjadi sumber kehidupan mereka….
Setiap pagi aku harus mulai bekerja dari satu sisi ke sisi lainnya, dan apabila kau terlambat, mereka akan menghujatku, dan jika aku terlalu panas maka mereka mencaci diriku…
Aku sebenarnya lelah dengan sikap orang-orang yang tak pernah mau mengerti dengan keadaanku! Kata matahari…..
Pada hal bukan mauku jadi seperti ini, karena tuhanlah yang menjadikanku dan memberi kewajiban kepadaku…
Lebih baik kupanaskan tubuhku agar sinarku dapat menghancurkan mereka….Tapi belum saatnya… kata Tuhan ku…
Matahari heran, mengapa Tuhannya begitu lama memberikan kesempatan pada manusia, padahal mereka hanya begitu-begitu saja, tidak berubah… dan tak ada yang istimewa…

Sabtu, 19 April 2008

bestcamp vs penguasa

BESTCAMP VS PENGUASA


“wars come and go,
but my soldiers stay eternal”
TUPAC

mulai awal tahun 2008 berbagai macam permasalahan yang terjadi dan timbul di kalangan aktifis mahasiswa di fakultas ekonomi UMSU. Mulai dari penyebaran isu sampai saling tuding antara sesama aktifis. Entah mengapa dan bagaimana hal ini bisa terus berkembang dan makin memperkeruh suasana tetapi yang jelas fitnah semakin menjadi-jadi. Bahkan untuk berbicara saja pun musti hati-hati sebab begitu ada celah maka perkataan tadi bisa di jadikan senjata untuk menyerang balik kepada yang mengucapkan. Kondisi seperti ini sudah bisa saya ramalkan dari dahulu, karena karakter yang dimiliki teman-teman sudah saya ketahui benar, sebab 80 % ilmu mereka beraktifis adalah ajaran saya.

Tetapi bukan masalah ajaran saya tadi yang kita permasalahkan disini. Melainkan pengembangan dan solusi dalam menjaga keutuhan bestcamp serta mensterilkan bestcamp dari pada pihak-pihak yang tidak senang debngan ideologi yang tumbuh dan berkembang di bestcamp.

Saya sebagai salah seorang senioran imm yang juga kebetulan mantan ketua umum IMM FE UMSU, tentunya selama ini banyak mendampingi dan meninjau kondisi adik2 yang ada di imm. Selain mendampingi tentunya juga sebagai tenpat mereka mendiskusikan permasalah yang ada di IMM dan mencari solusinya, bisa di katakana setelah saya tamat dan sampai sekarang belum bekerja tetap, saya banyak menghabiskan waktu berada di Bestcamp. Semua keseharian dan perkembangan yang ada di bestcamp pada umumnya saya ketahui, apalagi jika ada masalah pada kegiatan ataupun rencana-rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.

Dengan tingkat keberadaan dan pertemuan saya dengan kader2 imm fe umsu yang juga saya anggap sebagai adik2 saya sendiri, tentunya banyak nasehat dan masukan yang saya bereikan pada adik2 saya, dan saya hanya akan memberikan tanggapan dan nasehat apabila ada yang bertanya atau menanyakan sesuatu hal kepada saya. Saya tidak pernah membuat wacan-wacana terlebih dahulu.

Yang saya kecewakan adalah mengapa setiap wacana dan nasehat yang saya berikan malah menjadi suatu hal nyang digunakan untuk balik menyerang saya. Saya juga tahu betapa tidak sterilnya bestcamp itu dari orang-orang yang anti kepada saya. Sebab mereka iri atau masalah perut mereka yang harus di isi. Jika ada perkataan saya yang agak ekstrim maka akan disampaikan kepada bos-bos fakultas dengan lebih ekstrim lagi ditambah bumbu-bumbu penyedap oleh sang penyampai. Dan jika ada yang baik dari saya maka dengan cepat hal baik itu akan di sulap dan dijadikan bahwasanya bukan berasal dari saya, tentunya sang penyampai ini sangat piawai dalam “bisnis teknologi informasi” (tapi sayang, maen internet gak bisa).
Saya bisa sadari kepentingan mereka dalam mencari muka pada bos-bos fakultas begitu besar, karena orang seperti ini telah banyak mendengar dan melihat sendiri keuntungan menjadi penjilat penguasa. Hal ini di karena kan ada beberapa oknum yang mengarahkan mereka agar menjadi seorang manusia yang mempunyai karakter penjilat yang menutup mata kepada kebenaran. Dan sebagi seorang individualis yang agak bodoh mereka akan mengikut serta bersedia menjadi budak dari propaganda.

Alhamdulillah, tidak semua orang di dunia ini begitu bodoh untuk mau saja mendengar dan mematuhi jenis pemikiran seperti ini. Masih ada yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan tidak mudah terpengaruh dengan kesenangan sesaat yang ditawarkan dengan mengorbankan kebenaran.

Saya sebagai tokoh sentral pergerakan yang selalu memberikan perbandingan-perbandingan kepada adik2 tentunya paling sering di jadikan korban dan di kambing hitamkan jika ada saja masalah-masalah yang katanya membahayakan fakultas. Pada hal yang paling bahaya adalah membiarkan “pembodohan” terus dilakukan demi tercapainya kepentingan beberapa orang. Fitnah dan pembunuhan karakter sudah biasa saya terima. Bahkan ada beberapa teman akrab saya yang paling banyak saya bantu karirnya dalam berorganisasi ternyata sanggup mengkhianati saya dan memfitnahsaya… luar biasa bukan.

Sebagai komunitas pergerakan mahasiswa , IMM FE UMSU bukan lah organisasi yang berada di bawah fakultas secara langsung (lihat AD/Art). Dan IMM adalah pergerakan intelektual yang berorientasi untuk mencerdaskan anggotanya. Tapi entah kenapa ada saja pihak luar (bukan kader) ingin masuk ke sistem dan merusak IMM itu sendiri. Mungkin karena mereka tahu bahwasanya siapa yang merupakan “stakeholder” dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah.

Saya tidak pernah takut dan menyerah dalam menyampaikan kebenaran… dan walaupun saya akhirnya berhasil di singkirkan. Maka ingatlah satu hal bahwa saya boleh saja hilang tapi akan banyak lagi orang-orang seperti saya yang akan berjuang dan menyampaikan misi kebenaran demi menyelamatkan ikatan.

Perang akan datang dan pergi tetapi pejuang tetap abadi………………

Kamis, 17 April 2008

pilkada sumut

PILKADA SUMUT 2008

“KAU TAHU, AKU PUN TAHU.

MARI TANYAKAN RUMPUT YANG BERGOYAN”G

Sebagai salah satu perwujudan demokrasi di Indonesia tentunya pilkada mempunyai arti yang penting bagi masyarakat. Daerah tingkat dua atau provinsi serta kabupaten/kota mempunyai kans yang besar untuk dapat memiliki seorang pemimpin yang benar-benar mewakili rakyat di daerah itu. Keterwakilan yang saya maksudkan adalah keterwakilan yang tidak hanya melibatkan satu aspek saja, melainkan banyak aspek. selain aspek politik , tentunya aspek lain seperti karakter masyarakat, budaya serta sosial dari masyarakat kini akan sangat mungkin dipastikan terwakili oleh pemimpin yang dipilih langsung oleh masyarakatnya.

Seperti yang kita ketahui bersama, sebelum era reformasi, penentuan siapa yang menjadi kepala daerah akan di monopoli oleh pusat (pemerintah pusat/presiden). Pemimpin daerah atau kepala daerah yang di tunjuk itu pun cenderung di pilih berdasarkan kepentingan atau lobi-lobi politis. Teapi bukan itu persoalan yang ingin saya wacanakan pada tulisan ini.

Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang memiliki berbagai ragam karakter dan budaya masyarakat berbeda. Dengan banyaknya perbedaan dan keragaman, menjadikan Indonesia memiliki potensi yang bisa cukup positif dan juga bisa sebaliknya. Sebagai negara yang terdiri dari banyakl sekali pulau yang dihuni berbagi macam ragam suku di dalam nya, tidak lah gampang bagi pemerintah untuk dapat menyatukan persepsi hanya dengan sosialisasi sekedar saja. Apalagi dalam hal memilih pemimpin daerah.

Seorang pemimpin daerah tidak cukup hanya memiliki kualitas yang unggul saja, kepala daerah harus meiliki juga aspek yang saya istilah kan karakter yang sesuai dengan mayrakatnya. Hal ini akan tercapai apabila pemimpin yang diangkat memang benar-benar berasal dari masyarakat daerah dimana dia akan menjadi pemimpin. Kecerdasan dan prestasi yang dimiliki oleh pemimpin daerah tidak akan banyak berguna jika memang masyarakat kurang mempunyai rasa “memiliki terhadap pemimpinya.”.

Pemimpin daerah (kepala daerah) harus menjadi bagian dari masyarakat karena memang dia adalah pengayom masyarkat. Dan penghayom yang baik adalha orang yang mengenal betul siapa yang di ayomi nya. Memang itulah esensi sebenarnya mengapa pilkada harus tetap dipertahankan dalam memilih pemimpin daerah.

Kita ambil contoh Pilkada di Sumatera Utara, dengan berbagai ragam suku yang ada Sumatera Utara, maka yang dibutuhkan adalah sosok pemimpin yang memang paham betul dengan daerah dan karakteristik masyarakat daerah tersebut. masyareakat pun tentunya mengharapkan pemimpin yang memiliki kriteria seperti itu.

Orang sumut yang memiliki kekhasan budaya yang sangat menonjol yaitu gabungan antara Melayu dan batak. Sehingga suku pendatang pun akhirnya banyak yang terbawa-bawa mengikuti karakteristik dari dua kebudayaan ini. Sistem berkehidupan serta sosial yang sangat membumi di tanah sumatera ini menciptakan pengaruh yang kuat bagi tatanan sosiologis masyarakat sumatera utara.

Gaya sombong serta terlalu berlebihan dalam bersikap adal;ah kunci kegagalan dari pemimpin. Santai, mudah dihubungi serta ramah dan dermawan adalah kunci keberhasilan memenagkan pilkada di sumut. Selain kalkulasi politik , aspek yang saya sebutkan tentunya memiliki pengaruh signifikan dalam memenangkan seorang calon.

Lihat saja perbandingan sikap dan gerak-gerik para calon gubernur Sumatera Utara, dan bandingkan juga perolehan suara yang didapat oleh semua calon. Kita akan menemukan sebuah hasil yang cukup menarik dan sedikit membuktikan teori saya dalam memandang seorang pemimpin yang akan mendulang simpati masyarakat.

Kita tahu seperti apa seorang Syamsul Arifin dan abd. Wahab dalimunthe yang cenderung santai ramah dan tidak susah untuk bertemu denga kedua orang ini. Sikap santai yang ditunjukkan oleh syamsul mengingatkan kita kepada sosok anak melayu yang cenderung santai namun cerdas dalam mengatur strategi perang. Tidak mau rugi dan dermawan. Begitu juga abd. Wahab yang juga dilahirkan di tanah melayu labuhan batu dan lebih mirip tingkahnya seperti orang melayu ketimbang mandailing. Sosok seperti kedua orang inilah yang paling dapat menerima simpati masyarakat sumatera utara yang beragama islam. Kedua calon ini pun merekrut Tim sukses yang memang benar-benar paham dengan poltik serta memahami bagaimana cara “menjuial” calon nya kepada masyarakat.

Dan juga bandingkan dengan calon lain yang beragama islam seperti Ali Umri, walaupun seorang putera Melayu, namun sudah tidak nampak lagi kekhasan melayu nya. Beliau cenderung terlalu serius dan sangat susah untuk dapat menemui nya. aak kaku dan tidak terlihat santai, atau kalau istilah saya terlalu birokrat. Dengan sikap dan gaya seperti ini, masyarakat akan kurang bersimpati dalam memilihnya. Dan beliau juga terlalu banyak dikelilingi oleh orang-orang yang kurang bisa memahami politik di sumatera utara (lihat saja Tim Sukses nya).

Dengan hasil yang menunjukkan kemenangan Syamsul Arifin, tentunya menjadi pelajaran politik berharga bagi kita, bagaimana sebenarnya politik yang dapat memenangkan Pilkada di sumatera Utara. Tidak ada yang pasti ataupun abadi di poltik, tinggal bagaimana cara “mengolahnya” dan siapa yang dipercayakan dalam mengolah, jangan sombong dan ramahlah dalam bersikap. bukan begitu kawan……

Selamat buat abangda Syamsul Arifin, SE

Dari

Ikhvan Fuady, SE

“TAKKAN HILANG MELAYU DI BUMI”

Kamis, 03 April 2008

melayu

Jangan malu sebagai orang melayu
oleh
Rizal Mahmuzar Bin Moh. Nasir
& Ikhvan Fuady bin Moh. Yussof

Tingkap papan kayu bersegi
Sampan sakat di pulau angsa
Bertambah tampan karena budi
Budi bahasa menunjukkan bangsa

Pucuk pauh delima batu
Letak sekejap di atas peti
Walau banyak orang yang malu
Takkan hilang melayu di bumi

Harus diakui bahwa orang melayu umumnya hidup sebagai nelayan kecil, petani yang kurang berhasil, berkebun yang tak lebat buah, pedagang yang tersaingi, pegawai golongan rendah, orang alim yang tak ternama dan bahkan ada stereotip buruk yang harus kita pikul yaitu pemalas, banyak cerita, dan tertinggal mencapai kemajuan dalam segala aspek kehidupan.

Namun begitu bukan berarti kita harus mengaku-ngaku sebagai susku bangsa lain. Bila dirunut muasal generasi keatas bisa saja tak ada seorang pun bersuku bangsa melayu. Karena seluruh orang Indonesia, kecuali papua berasal dari indocina. Tak akan ada bangsa amerika karena mereka berasal dari daratn Eropa, sepertiInggris, Perancis jerman, ortugis, spanyol dan lain-lain. Walau bagaimanapun kita harus semestinya bangga sebagai orang melayu.

Orang melayu pertama sekali mengusir penjajah portugis yang di pimpin laksamana hang tuah pada tahun 1563 di teluk bintan, Riau. Orang melayu satu-satunya etnis bangsa di Asia tenggara ini yang dalam antropologi disebut sebagai etnis internasional. Orang melayu sebagai penduduk asli tinggal pada beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, selatan Thailand, selatan Mindanao, singapura dan Brunei Darussalam.

Orang melayu umumnya tinggal di sekitar selat malaka, tempat ramainyalalu lintas pelayaran niagaantar benua. Orang melayu menjadi juru kelasi, nakhoda yang gagah berani melayarkan kapal kayu dan tongkangnya keseluruh penjuru nusantara. Orang melayu menyinggahi hampir seluruh pelabuhan, pangkalan dan tangkahan orang melaut. Ada pula yang menikahi gadis setempat dan tinggal menetap semabari menyiarkan agama islam. Orang melayu bdan bahasanya semakin dikenal, sejalan dengan itu “language area” melayu semakin meluas. Bahasa melayu akhirnya menjadi “lingua franca” menjadi bahasa perantara dalam perdagangan dan pergaulan antar penutur bahasa yang berbeda di rantau ini.

Dahulu Cuma orang melayu saja yang mengenal panggilan ibu bapa, ayah bunda, abah emak (mungkin ditransfer dari bahasa lain) tapi kosa kata hasil rekayasa orang melayu itu di contoh tiru oleh ham,pir semua suku bangsa di Indonesia. hampir semua perbendaharaan kosa kata bahsa melayu terpakai sebagai kosakata bahasa Indonesia. konsepsi anasir dan jalan pikiran melayu yang tersimpan dalam pribahasa dan pepatah – petitihnya menjadi rujukan perangai yang baik dan pedoman etika bangsa Indonesia.

Orang melayu juga poandai dan kreatif dalam membuat aneka menu masakan. Hidangan melayu demikian variatif, nikmat citarasanya, bersih dan suci tidak musta’mal dan sesuai selerta umumnya orang Indonesia. itulah sebabnya pada setiap restoran besar di Indonesia, rumah makan di kota-kota besar di Indonesia tertulis di pamfletnya RM. Khas Minang/Melayu. Orang melayu mendapat rangking kedua pintar memasak setelah orang minang.

Orang melayu dahulu menjadi perompak baik dan lanun yang sholeh di tengah laut. kapal-kapal pencuri dan perampok di tangkap dan barang rampasannya itu dibagikan kepada orang-orang miskin yang tingal disekitar pantai. Sepupu hang jebat, bernama hang kesturi berurat kawat bertulang besi kesatria gagah berani menjadi jendral kedua di nusantara ini, setalah gatot kaca dari tanah jawa (Jhon Anderson; the expedition malay’s in Nusantara Archipelago’s) ini suatu bukti bahwa orang melayu tidak pengecut, tubuhnya kuat siap mengahadapi angina besar dan angiun rebut. Cuaca buruk atau pun cuaca baik. Sungguhpun begitu orang melayu tetap lemah lembut, sopan santun, suka bersedekah dan memberi pertolongan kepada siapa saja yang tidak mengajaknya untuk berkelahi. Orang melayu penyabar, hati boleh panas namun kepala tetap dingin.

Hentak umpan hentak
Kapal hanyut ke hulu
Hendak bukan tak hendak
Hendak pikirkan dahulu

Kegemilangan kekuasaan diraja dan tamaddun melayu yang pernah mencapai puncak keemasan terbukti dengan banyaknya peninggalan istana, mesjid sultan, kebun buah kerajaan di seluruh negeri-negeri melayu.

Orang melayu adalah etnis ketiga terbesar jumlahnya setelah orang jawa dan sunda. Semua orang melayu didunia diperkirakan hampir dua puluh lima juta jiwa (nahu melayu; Prof. Asmah Haji Oemar, 1997). Kebaudayaan dan adat-istiadat oranbg melayu mewarnai tampilan kebudayaan baru orang tapsel, orang jawa di sumatera dan orang-orang islam di seluruh Indonesia (antropologi masyarakat Indonesia, Prof. Tapi Omas br. Simatupang, UI, 1990) istiadat tepung tawar, pelaminan dan upacara penikahan, adat berkhatam kaji dan pesta sunnat rasul, bal;ai merawal mohon doa restu , doa selamat bahkan bentuk sanggul perempuan melayu , lipat pandan dan sasak kelok siput menjadi genre dan ilham untuk modifikasi budaya baru dalam perwujudan kristalisasi kebudayaan nasional.

Tarian melayu serampang dua belas tidak saja terkenal di Indonesia tapi menjadi pertunjukan tari hiburan di luar nnegeri. Orkes melayu berkembang menjadi musik dangdut yang di gemari segenap lapisan masyarakat. (baca : Rhoma irama, sejarah musik dangdut, 1992). Pantun dan syair melayu dipelajari Dario tingkat taman kanak-kanak (tk) sampai perguruan tinggi di seluruh Indonesia, irama padang pasir (nasyid) adalah hasil gubahan orang melayu terhadap seni musik timur tengah. Tari zapin gerak tari arab yang direka cipta sesuai selera rentak dan gerakan tari melayu diiringi dengan musik dan nyayian dengan irama khas melayu. Marhaban, barzanji dan kasidah dimadahkan dengan lagu ras dan bayathi ala melayu. Orang melayumemang hebat, transfer budaya luar itu walaupun berakulturasi namun masih tetap dengan warna tersendiri pada orang melayu. Ada tarioan melayu disamping tari zapin. Ada irama melayu disamping irama padang pasir. Ada baju teluk belanga disamping ghuynting cina (baju KOKO). Seperti dikatakan tadi keseluruhan nilai dan hsail budaya melayu menmgilhami dan menjadi genre invention kebudayaan tetangga “kultur area” melayu. Sehingga tari zapin, irama padang pasir, baju koko dll dianggap sebagai hasil atau unsur budaya orang muslim di nusantara. Timbullah pengertian bahwa melayu identik dengan islam dan hampir seluruh kebudayaan melayu disangka milik dan sebagai budaya umat islam di Indonesia.

Lihatlah di pusat perbelanjaan, benda-benda budaya melayu diperjual belikan oleh orang bukan melayu. Ada bunga balai, ada balai berukir, ada tapak sirih,. Ada tanda berkat, ada songket batu bara, ada sarang ketupat melayu, bunga rampai melayu, peralatan meninggal orang melayu, peribahasa melayu yang dibukukan, peci melayu, dll.

Tiba-tiba panggung hiburan seni suara orang Indonesia di guncangkan oleh kehadiran Siti Nurhaliza dengan lagu cindai nya yang dikarang oleh pak Ngah. Iyeth Bustami dengan laila canggong dan laksamana mraja dilaut yang dikarang oleh seorang pemuda melayu riau.

Di tingkat nasional orang melayu mulai diperhitungkan sejak hamzah haz seorang putera melayu asli kialimantan barat menjadi seorang wakil presiden. Prof. Yusril ihza mahendra dipilih SBY menjadi sekretaris negara, anak melayu dari pulau bangka, menteri sosial bachtiar chamsyah anak melayu keturunan aceh.

Orang melayu juga tampil berperang, mengangkat senjata untuk mengusir penjajah dan membela tanah air, dan putera melayu juga dikenal pantang menyerah terhadap para penjajah dizaman penjajahan dahulu. Ini lah kata-kata pujian Prof. Hj. T. Silvana Sinar kepada Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah, sultan negeri Serdang yang tak sekalipun bersedia berjumpa dengan belanda untuk berunding hingga akhir hayatnya.

Engkau Syahid, tiada lagi
Telah hilang tapi terbilang
Tiada suka hidup mewah
Tapi hina terjajah
Berhati baja pantang surut kebelakang
Rela berkorban mempertahankan agama
Berperang untuk Nusa dan Bangsa

Sultan syarif Kasim dari negeri Siak Sri Indrapura bertempur dengan laskar belanda sampai titik darah penghabisan. Sultan thaha dari Jambi memenggal kepala sembilan orang serdadu belanda, dan banyak cerita kepahlawanan putera melayu lainnya dalam membela tanah air Indonesia.

Sejak sepuluh tahun sebelum Presiden HM. Soeharto lengser dari jabatannya, orang melayu pun mulai menyadari ketertinggalannya, bekerja keras menyingsingkan lengan baju untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan, menyekolahkan anak-anaknya dan mengupayakan anak-anaknya untuk dapat menjadi birokrat (PNS) karena begitulah di negara ini betapa enaknya nya menjadi PNS, tidak perlu bekerja secara professional tetapi mendapat fasilitas kehidupan serta kedudukan oleh pemerintah.

Daerah-daerah melayu yang banyak dikuasai oleh orang-orang bukan melayu kini kembali berangsur-angsur dapat dipegang kembali birokrasi nya oleh orang melayu. Begitu juga di negara jiran Malaysia, dr. Mahatir Muhammad dapat membangun negaranya dengan kepemimpinan nya yang bisa dibilang cukup berhasil sehingga dapat mengangkat harkat dan martabat orang melayu di muka bumi ini.

Rabu, 19 Maret 2008

menaklukkan Sinabung

MENAKLUKKAN GUNUNG SINABUNG


Pada pertengahan tahun 2004, ketika saya masih semester 5 pada fakultas ekonomi universitas muhammadiyah sumatera utara, saya dan teman-teman satu lokal berangkat menuju tanah karo yakni daerah pegunungan dengan sebuah misi yang telah kami rencanakan beberapa bulan sebelumnya. Misi yang telah kami rencanakan tersebut yaitu misi untuk mendaki salah satu gunung yang ada di daerah kabanjahe-berastagi tersebut. Dan gunung yang menjadi pilihan kami adalah gunung yang mempunyai ketinggian yang sangat cukup menantang bagi semangat muda kami.

Sebagai kepala rombongan (kebetulan saya adalah relator bagi lokal saya), tentunya segala persiapan dan perencanaan sudah saya susun sebaik mungkin. Mulai dari perlengkapan sampai logistic telah saya buat daftar kebutuhan yang pas dan cukup untuk keperluan selama4 hari. Namun itu saja tidak cukup karena belum ada satu pun dari rombongan kami yang memiliki pengalaman dalam mendaki gunung, bahkan ada yang belum pernah kemping. Untuk itu saya mencari beberapa anggota tambahan dalam mewujudkan misi kami itu.

Dua minggu sebelum keberangkatan, saya menghubungi teman lama saya yang memang pernah beberapa kali mendaki gunung sinabung. Teman saya itu bersedia sebab dia juga telah memutuskan untuk berangkat sebelumnya dengan seorang temannya. Saya pun gembira karena rencana saya akhirnya bias berjalan.

Saya dan teman-teman yang berangkat ada delapan orang ditambah dua orang lagi yang saya rekrut terakhir, mereka terdiri dari empat orang wanita dan enam orang laki-laki yaitu : Firman, Dedi, Ilyas, Mahadir, Husin, Ian, Fitri, rina, yesi, gembul dan saya sendiri sehingga total anggota tim ada sebelas orang.

Kira-kira pukul 09.00 wib kami sampai di kaki gunung sinabung yakni sebuah daerah yang terletak di dekat sebuah danau yaitu Danau Lau kawar. Kami mulai mendirikan tenda dan kira-kira pukul 10.00 wib, tenda kami sudah berdiri walaupun mendirikan tenda tersebut hanya dibantu dengan penerangan beberapa buah obor serta sinter (lampu yang terbuat dari botol bekas dan sumbu).

Setelah briefing selama satu jam kami pun mengambil keputusan untuk memulai perjalanan pada pukul 01.00 wib dini hari itu juga, dengan pertimbangan jika perjalanan dapat ditempuh selama 4 jam maka kami akan sampai di puncak gunung tepat sebelum matahari terbit. Selesai briefing kami pun mulai mengumpulkan perlengkapan untuk medaki gunung ketika malam hari yaitu selain perlengkapan mendaki sederhana seperti air minum, makanan, jaket, sepatu, kami juga mulai mengumpulkan sumber cahaya seperti senter, obor, dan lain-lain.

Setelah semua yang dibutuhkan dapat dikumpulkan, kami pun memulai perjalanan kami dipandu oleh Ian sebagai orang yang berpengalaman dengan gunung sinabung. Dengan berjalan berkelompok dan beriringan kami mengikuti langkah demi langkah yang dipimpin oleh Ian sebagai pemandu, kami tidak berjalan dengan terlalu cepat sebab di antara kami ada beberapa orang wanita yang menjadi anggota kelompok. Dari sebelas orang, yang ikut mendaki hanya sembilan orang karena mahadir dan rina tidak ikut dengan alasan masih kecapekan.

Sesampainya di shelter III kami beristirahat sejenak sambil meminum air yang kami bawa dari tenda kami, selain itu aeorang wanita di antara kami mulai merasa kelelahan dan hamper menyerah, namun setelah diyakinkan dia pun setuju untuk melanjutkan perjalanan yang sudah “tanggung” itu. Kami pu teka menyangka bahwa akhirnya di setiap shelter kami berhenti untuk beristirahan sebab satu persatu anggota tim mulai kelelahan. Tentu saja perhentian demi perhentian sangat menyita waktu dan kami pun sampai di sebuah daerah yang memiliki sumber air untuk beristirahat lagi sampai matahari mulai terbit menandakan pagi telah tiba.

Walau kecewa karena kami tidak lagi bisa melihat matahari terbit dari puncak gunung, kami memutuskan untuk tetap meneruskan perjalanan kami untuk menaklukkan gunung sinabung tersebut. Dan tepat pukul 07.25 Wib kami sampai di puncak dengan sangat girang. Firman dan Dedi mulai membuka bekal makanan untuk disanta sebagai sarapan, sementara saya dan teman-teman lain pergi berkeliling puncak gunung untuk menikmati pemandangan yang indah sambil mengambil Gamabar denga Kamera yang kami bawa sebagai kenang-kenangan sekaligus bukti bahwa kami telah sampai di puncak gunung Sinabung.

Rasa senang yang kami rasakan di atas puncak gunung sinabung akhiranya membayar segala keleahan yang kami rasakan selama dalam perjlanan untuk sampai kepuncak gunung itu. Setelah puas dan beristirahat yang cukup, tepat pada pukul 12.00 kami pun memulai perjalanan untuk kemabli ke kaki gunung untuk bermalam disana selama dua malam lagi sebelum pulang kembali ke Medan.

Perjalan pulang tidak lah seberat perjalanan kami untuk mencapai puncak, perjalan terasa ringan karena jalan yang menurun mempercepat langkah kaki dan mengurangi rasa lelah kami yang memang rata-rata fisik anggota Tim sudah lemah akibat mendaki. Tetapi kami mengalami kendala yang cukup berat ketika Fitri, anggota Tim kami yang wanita mengalami kelelahan yang sangat hebat dan membuat dia Pingsan di dalam perjalanan Pulang yakni di daerah Shelter III. Sebagian dari kami pun panic dengan kondisi yang menimpa kami. Saya dan Ian pun semapt kebingungan denga kondisi ini dan kami pun megambil keputusan untuk membagi Tim dalam Dua kelompok. Kelompok pertama yang terdiri dari Ilyas, Firman dan saya Sendiri tetap berada di Shelter III Gunung Sinabung untuk tatap bersama Fitri sedangkan Anggota Tim yang lain berada di dalam kelompok II yang terus melanjutkan perjalanan ke kaki gunung Sinabung untuk mencari pertolongan dengan meminta bantuan kepada Pihak Tim SAR Gunung Sinabung.

Dua jam berlalu tetapi belum ada tanda-tanda pertolongan yang terlihat dan kebetulan tidak ada Tim pendakian lain yang mendaki pada hari itu (kami mendaki tidak di hari libur sehingga tidak banyak orang tim pendaki lain). Firman pu mulai terserang kedinginan dan hamper pingsan, sehingga saya pun sempat panic dan mulai menggosok tangan nya menjaga tatp hangat agar tidak pingsan, lalu saya menyuruh Ilyas untuk segera berjalan sambil berteriak mencari pertolonagan tentu saja upaya ini gagal sebab memang tidak ada orang. Dengan kondisi tubuh yang mulai melemah saya dan Firman mengambil keputusan untuk berusaha meneruskan perjalanan dengan bergantian membopong Fitri dari pada kami menunggu dan terserang hawa dingin yang mulai menyiksa fisik.

Kira-kira pukul 15.00 saya melihat ada dua orang sedang berjalan kearah kami, dan dengan suara yang serak dan dipaksakan saya pun berteriak minta tolong. Syukurlah dua orang yang berjalan kearah kami itu memang Tim SAR yang mendaki untuk mencari dan menolong kami. Setelah melihat kondisi Fitri, kedua orang Ti SAR yaitu Robi dan Thomas mulai membuat Tandu darurat yang dibuat dengan mengaggabungkan kain sarung yang kami bawa dengan batang pohon yang di tebang oleh Thomas disekitar tempat kami beristirahat.

Tandu pun selesai dibuat dan kami memulai perjalanan kami dengan bergantian untuk mengangkat tandu. Kondisi fisik yang lemah serta membawa orang sakit dengan tandu sangatlah menyita waktu dan tenaga sehingga sampai waktu isya kami belum juga sampai di kaki gunung. Hal ini rupanya menjadi kekhawatran bagi anggota Tim SAR yang lain dan bang Boby salah satu anggota Tim SAR ikut menyusul kami dan bertemu dengan kami ketika kami mulai mendekati kaki gunung. Dengan Senter yang dibawanya, langkah kami semakin mudah dan cepat.

Pukul 09.00 kami pun sampai di kaki gunung dan Tim SAR pun telah menyiapkan Tenda untuk beristirahat yang cukup nyaman bagi kami terutama untuk Fitri yang sakit. Dengan obat-obatan dan makanan secukupnya kami lalu di suruh beristirahat di Tenda Tim SAR. Teman-teman kami sangat senang melihat kami kembali dengan selamat walaupun sempat terjadi sedikit adu mulut antara Firman dan Dedi akibat lamanya pertolongfan sampai.

Keesokan pagi nya saya terbangun dengan badan yang lebih segar dan segera mendatangi tenda untuk mencari sisa makanan untuk di santap, maklum dari semalam saya belum makan. Selesai makan saya pun mengajak kawan-kawan untuk briefing guna mempersiapkan perjalan pulang menuju medan. Usai briefing masing-masing anggota pun mulai menggulung tenda dan mengumpulkan barang-barang, sementara saya dan Firman mendatangi Tenda Tim SA untuk berpamitan dan berterima kasih atas usaha mereka menolong kami.